Jumat, 13 September 2013

Evolusi False Nine Ala Matador


Evolusi False Nine Ala Matador
Taktik dalam permainan sepakbola adalah seni. Dengan taktik itulah permainan menjadi hidup. Tak hanya memanjakan mata, seni dalam sepakbola meninggalkan imajinasi dan cerita sepanjang masa. Totaal voetbal-nya Belanda dan catenaccio milik Italia adalah dua mahakarya para jenius bola. Sebuah warisan turun temurun yang menjadi inspirasi sepakbola modern.

Taktik dan strategi baru menjadi perbincangan hangat para penikmat bola dalam ajang Piala Eropa 2012. Adalah Spanyol yang mengawalinya. Datang ke Ukraina-Polandia dengan status juara bertahan, La Furia Roja menurunkan starting eleven minus striker pada pertandingan perdananya saat melawan Italia. Tampil tanpa penyerang murni, tim Matador mengandalkan amunisi gelandang terbaiknya. El Jugador semacam Fernando Torres, Alvaro Negredo dan Fernando Llorente harus rela menyerahkan perannya ke gelandang Barcelona Cesc Fabregas.

Mantan kapten Arsenal itu diplot pelatih Vicente Dl Bosque sebagai false nine atau deep lying forward untuk membuka ruang bagi rekannya melakukan serangan. Laga yang berakhir imbang 1-1 itu meninggalkan sebuah pertanyaan. Apa maksud Del Bosque bermain tanpa penyerang?

Embrio false nine sebenarnya sudah muncul enam dekade lalu, tepatnya 25 November 1953. Saat itu, Inggris meladeni Hungaria pada partai persahabatan di stadion Wembley. Pada pertandingan yang dikenal dengan "match of the century" itu, Hungaria menang dengan skor telak 6-3. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, The Union Jack dikalahkan oleh tim non-Britania di kandang sendiri.

Inggris yang waktu itu merasa sebagai aristokrat sepakbola hanya terpana melihat bagaimana pola permainan kaku mereka diacak-acak oleh strategi pelatih Gusztav Sebes. Hungaria yang sempat dijuluki "tim dari luar angkasa" dimotori Ferenc Puskas, Sandor Kocsis, Zoltan Czibor dan Jozsef Bozsik. Tapi yang menjadi pusat perhatian dan menyulut kekacauan di areal pertahanan Inggris adalah pemain bernomor 9 yaitu Nandor Hidegkuti. Lazimnya pemain bernomor 9 pada masa itu dipasang sebagai penyerang tengah. Dia berfungsi sebagai finisher, tapi pergerakannya yang tak lazim membuat barisan pertahanan Inggris kalang kabut.

Hidegkuti tidak berdiri statis di depan, tapi turun jauh hingga ke tengah lapangan untuk menjemput dan mendistribusikan bola. Dia membuat bek Harry Johnston yang ditugaskan pelatih Walter Winterbottom untuk menjaganya pusing tujuh keliling. Hungaria mencetak empat gol di babak pertama dan Johnston dibuat frustrasi karena tak pernah menyentuh bola. Hidegkuti yang seharusnya dia kawal turun jauh ke tengah sehingga pemain Hungaria tersebut mempunyai banyak ruang untuk berkreasi.

Di babak kedua, Johnston ditugaskan untuk mengikuti pergerakan Hidegkuti jauh ke tengah. Dampaknya lebih dahsyat. Tertariknya satu bek ke luar menyebabkan lini pertahanan Inggris jadi terbuka dan Puskas serta Kocsis dengan senang hati mengeksploitasi ruang yang ditinggalkan Johnston. Hidegkuti mencetak hattrick pada laga itu.

Secara definisi, false nine diartikan sebagai penyerang terluar yang turun ke tengah untuk mengacaukan konsentrasi pertahanan lawan. Para pemain menunggu dan menunggu dengan keras kepala. Mereka dengan asyiknya bermain dan menahan godaan untuk menembak bola ke gawang lawan sampai ada momen yang tepat untuk mengeksekusi sebuah gol. False nine menyebabkan tim yang menggunakannya terlihat bermain tanpa seorang penyerang.

Taktik itu bisa menjadi mimpi buruk bagi pertahanan lawan karena sulit untuk diantisipasi. Sebuah keadaan yang dilematis akan dialami bek lawan, bertahan di posisinya atau mengikuti pergerakan "penyerang palsu" itu. Jika mengikuti pergerakannya ke tengah, maka garis pertahanan akan menjadi tinggi sehingga rentan terhadap umpan terobosan ke sayap. Penulis sepak bola ternama, Jonathan Wilson, mengatakan bahwa taktik sepakbola adalah seni memanipulasi ruang dan false nine adalah salah satu bentuk manipulasi ruang yang terbaik.

Del Bosque berhasil mengejawantahkan false nine ala Gusztav Sebes itu. Korbannya adalah tim Ayam Jantan Perancis. Les Blues dibuat tak berkutik saat meladeni Spanyol pada laga perempatfinal Euro 2012. Fabregas yang difungsikan sebagai "striker palsu" sukses membuat lini belakang Perancis ling-lung.

Berawal dari aksi Andreas Iniesta yang memberikan umpan kepada Jordi Alba. Bek kiri Valencia itu adu cepat dengan Debuchy yang terjatuh dekat kotak penalti. Konsentrasi bek Adil Rami dan Anthony Reveillere terfokus pada pergerakan Fabregas. Kedua bek sentral itu tidak melihat pergerakan Xabi Alonso dari lapangan tengah. Melihat posisi kosong, Alba kemudian mengirim umpan silang ke sisi kanan dimana Alonso dengan bebas melepaskan sundulan yang menggetarkan jala Lloris. Alonso kemudian melengkapi derita Perancis dengan gol keduanya melalui titik putih di penghujung laga.

Pelatih Perancis Laurent Blanc mengakui bahwa timnya kesulitan menghadapi permainan Spanyol. Apalagi La Furia Roja ternyata kembali memakai strategi false nine di lini depan. Blanc mengatakan bahwa timnya sudah bersiap dengan kemungkinan Spanyol memainkan Fabregas. Namun, dia mengakui timnya akan lebih mudah menghadapi strategi Spanyol yang tidak menggunakan false nine.

"Dengan memainkan Torres, bek tengah kami hanya akan fokus pada satu pemain, ketimbang harus mengkhawatirkan empat orang yang berada di lini tengah", katanya.

False nine adalah fenomena di ajang Piala Eropa kali ini. Meski terkesan aneh dan membosankan, taktik ini menjadi pakem yang bakal sering dimainkan dalam sepakbola modern.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar